film Ex Machina (2015)
Pada pembahasan kali ini saya akan mereview sebuah film yang bertema Artificial Intelligence (AI), film ini merupakan Sci-Fi yang dibumbui dengan kejutan dan juga misteri menceritakan tentang teknologi masa depan dimana manusia mampu membuat dan berinteraksi dengan kecerdasan buatan yang melebihi kecerdasan manusia itu sendiri.
Film ini mengisahkan seseorang programmer yang terpilih menjadi pemenang dalam sebuah undian acak. Undian itu menawarkan pemenang untuk bergabung secara langsung dalam penelitian program robot terbaru yang dirancang dengan kesadaran setingkat manusia.
Caleb adalah seorang programer dan pegawai kelas bawah di Bluebook, sebuah perusahaan mesin pencari terpopuler di dunia (mirip dengan Google) yang memenangkan kompetisi yang diadakan oleh CEO-nya yang jenius, Nathan. Hadiahnya adalah kesempatan untuk menghabiskan waktu seminggu bersama Nathan di kompleks mewah miliknya di Alaska.
Sesampainya disana, ternyata Caleb bukan diundang untuk liburan, melainkan melakukan "Turing Test", sebuah pengujian yang dilakukan Nathan untuk mengetes A.I. berteknologi tinggi yang baru dibangunnya dalam wujud robot berwajah cantik bernama Ava. Caleb bertugas untuk melakukan kontak verbal dengan Ava dan menguji kesempurnaan Ava sebagai A.I. yang mirip manusia.
Saya tak ingin mengungkap lebih jauh, karena lebih baik jika anda tak tahu banyak sebelum menonton. Semua terlihat misterius di awal film, membuat anda menerka-nerka apa yang sebenarnya terjadi dan disanalah kunci sukses Garland memancing rasa penasaran penonton. Sedikit demi sedikit kita terikat secara emosional dengan tiap-tiap karakter.
Sesampainya disana, ternyata Caleb bukan diundang untuk liburan, melainkan melakukan "Turing Test", sebuah pengujian yang dilakukan Nathan untuk mengetes A.I. berteknologi tinggi yang baru dibangunnya dalam wujud robot berwajah cantik bernama Ava. Caleb bertugas untuk melakukan kontak verbal dengan Ava dan menguji kesempurnaan Ava sebagai A.I. yang mirip manusia.
Saya tak ingin mengungkap lebih jauh, karena lebih baik jika anda tak tahu banyak sebelum menonton. Semua terlihat misterius di awal film, membuat anda menerka-nerka apa yang sebenarnya terjadi dan disanalah kunci sukses Garland memancing rasa penasaran penonton. Sedikit demi sedikit kita terikat secara emosional dengan tiap-tiap karakter.
Melalui 7 sesi pengujian Ava, Garland mengungkap semua rahasia melalui skenario yang dinarasikan dengan terencana. Semua lapisan cerita dibuka satu persatu yang mengungkapkan bahwa Nathan dan Ava punya agenda tersendiri.
Dengan narasi yang hanya berfokus pada 3 orang , film ini terasa seperti drama teater, yang dimainkan dengan brilian oleh ketiga aktornya. Tak hanya meyakinkan kita bahwa ketiganya berinteraksi sebagai sesama jenius, mereka juga membawakan bobot emosional yang dituntut oleh karakter masing-masing.
Yang paling mencolok adalah Oscar Isaac yang memainkan Nathan, seorang jenius muda yang punya kompleksisitas karakter. Nathan yang visioner memanfaatkan database Bluebook (yang menguasai 90% query pencarian di dunia) bukan untuk tujuan komersil melainkan membuat A.I. super. Di balik pembawaannya yang santai, humoris, dan sesekali mabuk, ada indikasi bahwa dia punya rahasia tersembunyi.
Saya merasa Caleb adalah representasi dari penonton yang polos dan nyaris tak tahu apa-apa. Caleb yang diperankan oleh Domhnall adalah seorang nerd yang jenius, namun dia tak mengerti apa yang sedang terjadi. Matang dalam logika, namun naif secara mental. Vikander juga meyakinkan sebagai seorang (atau sebuah?) robot cerdas lengkap dengan gerak tubuh canggung yang mencoba meniru mimik dan perilaku manusia
Dengan narasi yang hanya berfokus pada 3 orang , film ini terasa seperti drama teater, yang dimainkan dengan brilian oleh ketiga aktornya. Tak hanya meyakinkan kita bahwa ketiganya berinteraksi sebagai sesama jenius, mereka juga membawakan bobot emosional yang dituntut oleh karakter masing-masing.
Yang paling mencolok adalah Oscar Isaac yang memainkan Nathan, seorang jenius muda yang punya kompleksisitas karakter. Nathan yang visioner memanfaatkan database Bluebook (yang menguasai 90% query pencarian di dunia) bukan untuk tujuan komersil melainkan membuat A.I. super. Di balik pembawaannya yang santai, humoris, dan sesekali mabuk, ada indikasi bahwa dia punya rahasia tersembunyi.
Saya merasa Caleb adalah representasi dari penonton yang polos dan nyaris tak tahu apa-apa. Caleb yang diperankan oleh Domhnall adalah seorang nerd yang jenius, namun dia tak mengerti apa yang sedang terjadi. Matang dalam logika, namun naif secara mental. Vikander juga meyakinkan sebagai seorang (atau sebuah?) robot cerdas lengkap dengan gerak tubuh canggung yang mencoba meniru mimik dan perilaku manusia
Ex Machina tak pernah berusaha terlihat pintar dengan menggunakan istilah thesaurus. Dialog-dialognya yang cerdas memang menggunakan istilah-istilah canggih, namun mudah dicerna. Plot twist yang cukup banyak, tak pernah mendahului penonton karena semuanya sesuai, baik secara logis maupun emosional.
Pada akhirnya, Ex Machina adalah drama sci-fi psikologis tentang prasangka, teror, dan empati. Ending film yang mind-blowing mengisyaratkan bahwa ini bukan sekedar pertarungan antara manusia dan A.I. namun juga sedikit menyindir persaingan gender. Tak sekedar mengambil embel-embel "sci-fi" sebagai bahan jualan, namun mengeksplorasi lebih jauh tentang sisi emosional dari tindakan manusia yang ingin menjadi seperti Tuhan, dan robot yang ingin menjadi seperti manusia, serta bagaimana konsekuensinya bagi dunia dan masa depan. Menurut saya, Ex Machina adalah film bertema A.I. yang paling akurat hingga saat ini.
Seperti itu kira-kira penggalan ceritanya, ada banyak sekali perangkat keras interface yang ditampilkan di film ini, diantaranya ada kamera/sensor yang bisa mengenali wajah, sensor pendengaran dan penglihatan yang dimiliki Ava sehingga bisa berinteraksi dengan manusia dengan sempurna, ada ID card yang mengenali siapa pemilik kartu itu. Saya rasa sampai sini saja tulisan yang bisa saya buat, kurang lebihnya mohon sekian dan terima kasih :)